Minggu, 28 Februari 2010

The Secret


Judul Buku : The Secret
Penulis : Rhonda Byrne
Alih Bahasa : Susi Purwoko
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : I, 2007
Tebal : xviii+ 232 Halaman


The Secret menjadi salah satu buku “Top Five Best Seller” di Amazone.Com. Wajar bila The Secret karya Rhonda Byrne menjadi salah satu buku yang fenomenal seperti buku Rich Dad, Poor Dad Karya Robert T. Kiyosaki.

Menurut buku ini, rahasia besar itu telah ditemukan berabad-abad tahun yang lalu, tetapi masih banyak yang belum tahu, bahkan rahasia ini dikubur, ditutup-tutupi selama berabad-abad hingga kini, dan siap untuk disebar luaskan serta dipahami untuk masyarakat sekarang yang mungkin ingin memulai kehidupan mendatang yang lebih baik.
Mungkin awalnya kita akan bertanya-tanya ” apa sih rahasia besar itu? ”. Pengungkapan rahasia ini yaitu “the law of attraction” (hukum tarik-menarik), yaitu dengan cara berpikiran positif.

Buku ini mengajarkan kita untuk berpikiran positif tanpa mengenal kata “tidak” , dan ajaibnya teori ini berlogika, tidak mengada-ada. Disertakan pula kesaksian beberapa guru besar yang telah menggunakan rahasia ini.

Saya takjub ketika membaca cerita seorang guru besar yang pernah mengalami kecelakaan pesawat, ia divonis akan cacat seumur hidup. Kaki dan tangannya tak berfungsi, saluran pencernaannya pun rusak tetapi pada akhirnya dengan segala kepercayaannya, keajaiban pun terjadi. Ia kini hidup normal seperti semula, dapat berjalan dan semua fungsi alat tubuhnya pun kembali normal.

Singkatnya buku ini menyuruh kita untuk selalu berpikiran positif pada aspek apapun. Karena pikiran positif juga akan mendatangkan hal-hal yang positif. Hanya saja ada satu yang kurang, disebutkan dalam buku ini yang mengabulkan segala permintaan positif kita adalah ‘alam semesta’ mungkin karena buku ini bersifat umum yah? Bagi kita yang beragama mungkin bisa berkeyakinan dari sudut pandang yang berbeda, karena terus terang saya lebih percaya Tuhan yang mengabulkannya.

Sabtu, 27 Februari 2010

Karambol


Belum lama saya menghadiri acara reuni SD, kurang lebih 2 minggu yang lalu. Mungkin agak aneh memang mengapa saya mengangkat tema ini. Tentang permainan anak yaitu karambol. Semua bermula ketika teman dekat saya semasa SD datang kemudian menghampiri dan menyapa saya, tanpa rasa malu dan tidak ada keraguan dalam dirinya, ia dapat mengenali saya walaupun penampilan saya mungkin sudah jauh berubah. Dengan celotehannya yang khas, ia mulai membuka pembicaraan. Kapan main karambol lagi? Saat itu juga saya pun tertawa mengingat kebiasaan semasa kecil bersama teman saya yang tidak lepas dari karambol.

Mungkin sebagian orang masih bertanya, apa itu karambol? Karambol adalah permainan yang memerlukan media meja yang berbentuk segi empat, terbuat dari kayu dan papan lapisan permainannya di buat halus dan licin. Media ini akan semakin licin jika kita menaburkan bubuk tepung, biasa dikenal dengan tepung kanji. Permainan ini dapat dianggap sebagai modifikasi dari keluarga permainan biliar. Berbeda dari permainan meja lainnya, karambol tidak memakai stik untuk menggerakkan bola. Permainan ini menggunakan anak kerambol berbentuk bulat seperti mata uang 'koin' yang biasanya terbuat dari plastik alih-alih bola. Kalau jaman dulu yang bagus terbuat dari tulang atau cula kerbau. Penggeraknya adalah jari tangan yang disentilkan pada anak karambol sehingga mengenai sasaran.

Cara permainan ini adalah menghabiskan anak kerambol (yang bulat seperti mata uang ‘koin’) kedalam empat lubang disisi pojok papan segi empat tersebut, yang paling banyak menghabiskan anak karambol adalah pemenangnya sesuai dengan peraturan yang disepakati. Karambol merupakan permainan rakyat, yang dapat dijumpai di tepi jalan atau di tempat-tempat orang berkumpul. Bukan hanya anak-anak saja yang dapat memainkan permainan ini. Orang dewasa pun dapat memainkannya.

Kita menyadari, bahwa permainan tradisional seperti karambol sudah jarang dimainkan oleh anak-anak saat ini. Apa penyebabnya? Tidak lain adalah pengaruh dari masuknya permainan yang lebih variatif bahkan telah canggih dari segi tampilan. Coba perhatikan permainan yang menggunakan media komputer yang terhubung internet seperti game online. Tidak sedikit anak-anak yang memainkan permainan tersebut. Saya bukan membandingkan permainan tradisional dengan permainan modern. Sebenarnya banyak sekali kelemahan dari permainan modern saat ini dan cendrung tidak mendidik, karena adegan-adegan yang diperagakan mengandung unsur kekerasan serta tidak lepas dari unsur pornografi. Jelas permainan seperti game online ini tidak layak dikonsumsi karena dapat merusak psikologi anak.

Saya berharap agar permainan tradisional seperti karambol, congklak, dan yang lainnya masih tetap dimainkan dan terus dilestarikan khususnya oleh anak-anak. Buat apa mengeluarkan uang untuk menyewa komputer memainkan game online, toh permainan seperti karambol tidak kalah seru dengan permainan modern.